Sang Tertuduh dan Penghakiman Sepihak di Media Sosial
KH ROSYADI
Sebab, di sini, saat orang yang dituduh melakukan kekerasan (seksual) terhadap perempuan menggunakan haknya untuk melakukan pembelaan diri, penghakiman sepihak yang dilakukan publik justru berpotensi semakin menjadi-jadi dan lebih mengerikan.
Publik kita tak melihat perlunya mendengarkan versi berbeda dari apa yang sudah terlebih dulu masuk dalam kepala. Medsos menjadi alat brain wash (cuci otak) yang efektif.
Bahkan, muncul keluhan dari sebagian kalangan bahwa aktivitas tabayyun (klarifikasi dan verifikasi informasi) ke orang yang dianggap mendapatkan infomasi keliru, saat ini sulit dilakukan lantaran “iman” orang tersebut pada postingan medsos atau pemberitaan media daring sudah sedemikian tebal.
Jika tidak percaya, lihatlah komentar-komentar netizen di berbagai postingan medsos dalam kasus-kasus dugaan kekerasan atau pelecehan seksual di tanah air. Sebagian besar netizen terkesan merasa mengantongi kebenaran walau mereka belum memiliki informasi pembanding atas tuduhan yang mereka komentari. Jika ada pembelaan diri selogis dan sefaktual apapun dari sang tertuduh, sudah hampir pasti disambut dengan penolakan, sumpah serapah dan hujatan.
Situasi menjadi lebih kompleks apabila dalam sebuah kasus dugaan kekerasan atau pelecehan seksual terdapat pihak kontra tertuduh (belum tentu sang pelapor atau terduga korban) yang secara aktif mengorganisasikan tim medsos -profesional ataupun probono- guna meramaikan penghakiman sepihak di medsos.
Dalam praktik permedsosan dewasa ini, hal semacam itu lazim terjadi. Para pihak yang berkepentingan menggunakan medsos untuk menghancurkan reputasi sang lawan. Tujuannya, tentu untuk mempengaruhi proses penyelesaian kasus yang sedang berjalan.
Medsos telah menjadi mesin propaganda yang sempurna di era yang disebut post-truth ini, di mana kebohongan gampang disamarkan sebagai kebenaran. Dalam teori propaganda, kebohongan yang diulang-ulang atau dalam bahasa medsos-nya “diviralkan”, pada akhirnya akan diterima sebagai kebenaran.
Celakanya, mereka yang merasa sudah mengantongi kebenaran tak memandang lagi perlunya membuka ruang di dalam pikiran untuk mewadahi masuknya informasi pengimbang.
Salah satu kasus aktual di dalam negeri yang menarik untuk melihat betapa dahsyatnya penghakiman sepihak di sosmed adalah dugaan pencabulan yang terjadi di Kota Batu, Jawa Timur.
Read more info "Sang Tertuduh dan Penghakiman Sepihak di Media Sosial" on the next page :
Editor :Puspita