Isu Eskploitasi Ekonomi Anak dalam Dunia Pendidikan

AKUAT SUPRIYANTO, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran Bandung.
Latar belakang sosiologis dan kultural dari penerapan konsep pendidikan lifekills semacam itu harus dipahami dengan cermat oleh aparat penegak hukum agar tidak salah langkah dalam mengusut kasus tuduhan eksploitasi ekonomi anak di dunia pendidikan.
Merujuk pada penelusuran sejarawan NU (alm) KH. Ng. Agus Sunyoto, jejak-jejak konsep pendidikan life skills sesunggunnya dapat ditemukan di dalam model-model pendidikan asali di nusantara.
Menurut beliau, model pendidikan kuna seperti padepokan, ashrama, pedukuhan, dan pesantren mempersiapkan atau menggembleng para cantrik dan santri menjadi orang yang tidak saja memahami ilmu pengetahuan atau ilmu agama) tetapi juga memiliki ketrampilan-ketrampilan praktis yang diperlukan dalam hidup bermasyarakat.
Dalam berbagai riwayat mengenai KH Hasyim Asy’ari dikisahkan, sang Hadratussyaikh bukan saja seorang Kiai yang hanya mengajarkan ilmu agama tetapi beliau juga ilmu bertani kepada para santrinya.
Setiap waktu senggang, khususnya di hari Selasa dan Jumat, kiai pendiri NU itu mengajak para santri bercocok tanam di sawah atau merawat ikan-ikan di kolam. Beliau mengajari santri keterampilan menggunakan mencangkul, menanam padi dan melaksanakan panen, namun tetap tidak meninggalkan waktu salat maupun jadwal pembelajaran di dalam pesantren.
Pertanian itu pula yang menghidupi Pondok Pesantren Tebuireng yang dipimpin Hadratussyaikh. Tidak semua santri berasal dari kalangan berada, sehingga diperlukan strategi untuk mencukupi kebutuhan secara mandiri. Kiai Hasyim tak pernah memberlakukan tarif biaya pendidikan kepada para santri apalagi meminta sumbangan kanan kiri.
Solusi utama kemandirian dan keberlangsungan Pondok Pesantren Tebuireng yang legendaris itu beliau letakkan pada berbagai kecakapan hidup (lifeskills) seperti bertani, berternak, berkebun, dan berdagang. Hasil dari berbagai upaya tersebut dikembalikan sebagai modal pengembangan ponpes baik dari segi infrastruktur maupun kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai kisah pendidikan di ponpes-ponpes masyhur di nusantara, kita sesungguhnya bisa melacak bahwa pendidikan lifeskills memiliki akar yang kuat dalam kultur pendidikan di di sini.
Meskipun konsep pendidikan life skills dikembangkan secara akademik oleh disiplin pedagogi modern, karakter pendidikan yang memberi porsi pada kecakapan atau keterampilan “bertahan” hidup agar kelak anak didik dapat berkarya secara mandiri dalam masyarakat merupakan hal yang sudah merasuki pemahaman para pelaku pendidikan di negeri ini, bahkan sebelum Republik Indonesia berdiri.
Read more info "Isu Eskploitasi Ekonomi Anak dalam Dunia Pendidikan " on the next page :
Editor :Puspita