Suciwati Pertanyakan Soal Museum HAM Omah Munir yang Dinilai Mangkrak

Pengelola Yayasan Museum HAM Omah Munir Suciwati, yang juga istri dari mendiang Aktivis Pejuang HAM Munir Said Thalib.
Kemudian, masih kata Suciwati, berkaitan dengan E-Katalog yang dimaksud, berdasarkan informasi yang ia terima menyebutkan, jika itu sangat terbatas, alhasil pihaknya pempertanyakan.
“Kami jadi tidak paham, yang pasti kami merasa selalu di pingpong, karena ketika menanyakan terkait dengan hal itu kami dilempar ke Disparta, dan ke pihak BKD, kemudian kami lagi-lagi disuruh untuk menanyakan itu kepada pihak Provinsi Jatim. Kami tidak mau diperlakukan seperti itu, sementara kegunaan Museum HAM Omah Munir itu sendiri berbeda dengan fungsi yang diamantkan, karena saat ini di isi dengan gnding-gending, dan beralih fungsi, seperti dibuat taria-tarian dan semacamnya,” keluh Suciwati.
Meski diakuinya, jika pihaknya hingga sejauh ini tidak mengerti, namun pihaknya tak patah arang, bahkan selalu berkomunikasi dengan Pemerintah Kota Batu.
“Museum HAM Omah Munir ini dibawah naungan Disparta Pemkot Batu, tentu kita selalu berkoordinasi dengan Disparta, dan kami punya WhatsApp Group dengan mereka, tapi pertanyaan-pertanyaan kami kerap tidak mendapatkan jawaban yang pasti, kami merasa pertanyaan kami digantung dan diabaikan. Kami juga kerap komunikasi dan diskusi intens dengan Bapak Pj Wali Kota Batu. Seperti halnya ketika mengirimkan rilis. Dan jika tetap tidak ada jabawan dan kepastian yang jelas dari Pemkot Batu, maka kami akan melakukan somasi," ujarnya mempertegas.
Terkait dengan hal itu, kini Suciwati bersama para pengelola dan pengurus Yayasan Museum HAM Omah Munir, akan menindaklanjuti sebagian tangung jawab dirinya sebagai pengelola di Museum HAM Omah Munir.
“Supaya tidak terlihat mangkrak, dan Museum HAM Omah Munir tidak kotor, fungsinya harus dialihkan yang lain. Namun, pihak Disparta Pemkot Batu mengatakan, daripada kosong lebih – baik diisi, kalau saya lebih baik disegerakan saja toh itu memang sesuai dengan rencana awal yang kami sampaikan waktu itu,” minta Suciwati.
Soal wahana pendidikan edukasi bagi anak-anak, menurutnya masih banyak yang akan diberikan di Museum HAM Omah Munir.
“Harapan kami jelas, termasuk proposal yang sudah kami kirimkan itu, tentu agar publik segera menikmati, apa yang mau di edukasikan pada publik tentang pendidikan HAM untu anak-anak,” pungkas Suciwati.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemkot Batu Drs. Aries As Sidiq, M.H menyampaikan, jika pada saat ini pihaknya sedang melakukan upaya koordinasi dengan pimpinan berkaitan dengan Museum HAM Omah Munir yang dimaksud.
“Terkait dengan Museum HAM Omah Munir, tentunya kami akan melakukan koordinasi dengan para pimpinan. Jadi, hari ini akan kami koordinasikan di Pemkot bersama dengan pimpinan,” tandas Arief melalui sambungan ponselnya.
Dilansir dari berbagai sumber. Munir Said Thalib adalah aktivis yang bersuara lantang memperjuangkan penegakan HAM sejak masa pemerintahan Orde Baru. Berikut ini biografi sang pejuang yang namanya diabadikan menjadi Museum HAM Omah Munir di Kota Batu.
1. Kelahiran dan Jejak Perjuangannya
Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965. Dia adalah satu dari sekian banyak orang yang lantang memperjuangkan hak asasi manusia. Namanya tak bisa dilepaskan dari perjuangan HAM di tanah air. Bahkan sejak zaman Orde Baru yang otoriter di bawah Presiden Soeharto, Munir sudah lantang membela pihak-pihak pencari keadilan.
Read more info "Suciwati Pertanyakan Soal Museum HAM Omah Munir yang Dinilai Mangkrak " on the next page :
Editor :Puspita