Pendidikan Untuk Bangsaku Oleh: Drs. Mulyono

Drs. Mulyono, jurnalis senior Malang Raya yang juga Praktisi Akademisi.
Pendidikan untuk Bangsaku
Oleh: Drs. Mulyono
MALANGRAYANEWS - Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar siswa dapat mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Bangsa kita mengenal pendidikan sejak zaman penjajahan, namun saat itu yang diperbolehkan sekolah hanya keturunan para bangsawan saja, rakyat jelata tidak boleh sekolah.
Seorang bangsawan bernama Raden Soewardi Soeryaningrat tidak terima dengan larangan itu, kemudian mendirikan Perguruan Taman Siswa di Jogyakarta pada 3 Juli 1922. Karena itulah maka beliau dijuluki dengan nama Ki Hajar Dewantara (Ki Hajar artinya Sesepuh yang ahli dalam mengajar). Ki Hajar Dewantara sendiri lahir pada 2 Mei 1889.
Nah, _tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara_ itulah yang dijadikan tanggal peringatan _Hari Pendidikan Nasional_ oleh Presiden Soekarno, dan sampai sekarang.
Aspek yang secara signifikan berperan dalam keberhasilan pendidikan itu adalah *Kurikulum*, karena kurikulum mempunyai _peran sangat strategis_ dalam sistem pendidikan.
Peranan *Kurikulum Pendidikan* harus mengadopsi 3 kondisi yaitu peran *konservatif* (untuk melestarikan nilai budaya bangsa agar tidak terseret arus global), peran *kritis* (untuk menyesuaikan terhadap perkembangan baru di masyarakat yang bermanfaat bagi siswa), dan peran *kreatif* (untuk membantu siswa mengembangkan potensinya ditengah mau yang semakin maju dan dinamis).
Pendidikan di Indonesia harus mengikuti dinamika pertumbuhan ideologi, politik, sosial, budaya, dan teknologi yang semakin modern. Dengan demikian maka dipandang perlu adanya *Pengembangan Kurikulum bagi sekolah-sekolah mulai SD sampai Perguruan Tinggi*.
Di negara kita ini Kurikulum Pendidikan sejak tahun 1947 sampai sekarang (2023) sudah terjadi perubahan sebanyak 11 kali, dimana masing-masing Kurikulum Pendidikan itu mempunyai tema.
Misalnya antara lain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013, dan yang sekarang disebut Kurikulum Merdeka Belajar.
Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Bapak Nadiem Anwar Makarim berharap dengan implementasi Kurikulum Merdeka Belajar ini anak-anak Indonesia tidak kalah dalam sistem pembelajaran di luar negeri terutama di negara maju.
Permasalahan yang kita rasakan selama mendidik sejak tahun 1981 sampai sekarang (2023) adalah bahwa setiap pergantian Kurikulum Pendidikan yang kalang-kabut adalah sekolah karena tidak gampang proses penyesuaian dengan kurikulum barunya. Guru juga kadang menjadi repot diakses pembelajaran di sekolahnya.
Coba kita bayangkan, ketika kurikulum baru diterapkan berarti di SMK (misalnya) berarti ada 2 kurikulum yang berjalan di tahun itu. Sehingga Guru harus bisa menjalankan 2 kurikulum sekaligus di tingkatan kelas yang berbeda.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan perubahan kurikulum, hanya jika terlalu sering berubah (ada pameo _ganti menteri ganti kurikulum_) maka kemungkinan perubahan paradigma belajar-mengajar tentu bisa bergeser.
Read more info "Pendidikan Untuk Bangsaku Oleh: Drs. Mulyono" on the next page :
Editor :Puspita